Tuesday 31 August 2010

Bertemu Lagi 7 April 2030

Andri berusaha meraih sebuah kotak di atas lemari pakaiannya. Dengan sedikit menjinjit, ia berhasil menarik turun kotak tersebut, sebuah kotak berwarna coklat yang terbuat dari kayu jati. Kotak itu masih terlihat seperti pertama kali ia membelinya, hanya saja saat ini tertutup oleh debu setebal satu milimeter.

Andri meniup kotak tersebut dan debu mulai beterbangan di hadapannya, kemudian mengusapnya dengan perlahan menggunakan tangannya yang sedikit basah. Ia meraih anak kunci dari dalam saku bajunya kemudian berusaha memasukkannya ke dalam gembok kecil pada kotak itu. Dengan bunyi “klik” pelan, gembok terlepas dan ia mulai membukanya.

Perasaan haru bercampur senang menyelimuti hati Andri ketika ia membuka kotak kenangan itu. Ia bisa melihat beberapa lembar foto, catatan dengan tulisan tangan yang buruk, dan sebuah pin kecil. Diambilnya sebuah foto tua yang memperlihatkan 5 pemuda yang mengenakan seragam putih abu-abu. Ia meraba foto tersebut dari ujung kiri hingga kanan: Toni, Irsan, Wina, Citra, dan terlihat lebih muda 20 tahun dari saat ini, dirinya sendiri. Mereka saling merangkul dalam foto itu, menunjukkan ekspresi gembira ketika menikmati saat-saat terindah dalam hidup.

Mata Andri mulai berkaca-kaca. Sudah begitu lama mereka tidak bertemu. Sudah begitu lama semenjak mereka memutuskan untuk tidak bertemu lagi hingga saatnya tiba. Semua itu untuk menguji persahabatan diantara mereka. Apa yang mereka pikirkan saat mereka muda? Mengapa harus menguji persahabatan? Mengapa harus berpisah?

Andri meletakkan foto itu dan mengambil sebuah pin kecil dari dalam kotak. Begitu gagah pikirnya, ketika ia memakai pin itu saat duduk di bangku sekolah. Sebuah pin yang membutuhkan pengorbanan yang besar untuk mendapatkannya dari tangan kakak kelas. Dengan bangga ia memakai pin itu setiap hari ketika pergi ke sekolah. Lalu ia menyematkan pin tersebut di kemeja baju yang dikenakannya saat itu. Rasa bangga itu muncul kembali. Ia merasa sangat gagah dengan pin itu tersemat di dada kirinya.

Kemudian Andri mengambil sebuah kertas bertuliskan tulisan tangan yang buruk. Tulisan itu berbunyi, “Bertemu lagi 7 April 2030″. Bibirnya tersenyum saat membaca tulisan itu. Tulisan buruk rupa khas milik Irsan. Ia berpikir apakah tulisan Irsan akan tetap buruk seperti itu.

Pintu di belakang Andri terbuka dan seorang gadis kecil berumur 8 tahun masuk ke dalam ruangan. Gadis itu mengenakan gaun yang indah dan rapi seperti hendak menghadiri pesta. Ia berjalan mendekati Andri.

“Ayah, mau ke mana kita?” tanyanya dengan lembut.

“Ah… Diana, putriku sayang. Kemarilah,” kata Andri. “Bolehkan ayah bertanya tanggal berapa sekarang?”

“Sekarang tanggal 7 April. Tahunnya 2030,” jawab Diana yang masih nampak bingung.

“Kalau begitu kita akan bertemu saudara hari ini,” kata Andri sambil meraih foto tadi. “Ini keluarga lama. Diana bisa memanggil mereka Om dan Tante,” lanjutnya sambil memperkenalkan orang di dalam foto kepada anaknya.

“Apa mereka juga punya anak?” tanya Diana.

“Ayah harap begitu.”

“Bagus. Karena Diana sangat ingin mempunyai saudara. Seperti saudara Ayah.”

Andri tersenyum. Ia juga bahagia jika mempunyai keponakan.

Saturday 28 August 2010

Noda pada Jilbab

"Kak Bayu...?" teriak lembut pelayan manis sebuah coffee shop ternama di negeri ini. Dia memakai baju berkerah dengan lambang restoran yang besar terbordir di dada kirinya.

Saya menoleh ke arah sumber suara. Manis, pikir saya. Sambil beranjak dari sofa nyaman dan menggeser meja bundar kecil yang berada di depan, saya memandang pelayan perempuan muda itu. Saat berjalan ke arahnya saya mencoba melihat pelayan-pelayan lain dan saya tersadar. Tentu saja mereka muda, cantik, dan tampan. Dalam bisnis seperti ini bukan tidak mungkin jika penampilan menjadi prioritas utama ketika melamar pekerjaan. Sambil membayangkan kertas pengumuman
job vacancy dengan persyaratan nomor 1 berbunyi, "Berpenampilan menarik", saya akhirnya tiba di depan pelayan manis itu dan tersenyum ramah.

"Satu Hot Cappuccino dengan bonus donat Original ya, Kakak," sapanya dengan lembut. Saya membalasnya dengan senyuman paling memikat yang bisa saya lakukan dan mengambil nampan berisi pesanan saya. "Selamat menikmati," tambahnya ketika saya selesai mengambil nampan itu dan berbalik menuju sofa.

Hari itu hujan, membuat Senin sore
di Surabaya yang biasanya panas dan lembab menjadi suram dan dingin. Saya tidak menyalahkan teman-teman yang akhirnya dengan berat hati membatalkan janji menghabiskan waktu bersama di tempat itu. Ini bulan puasa dan saya yakin tidur bertemankan selimut sambil menunggu waktu berbuka menjadi pilihan yang tak terbantahkan daripada bepergian menggunakan jas hujan lalu melihat temannya menyeruput kopi panas di sebuah kedai kopi.

Sambil duduk di sofa yang nyaman saya memandang ke luar menembus dinding kaca ke arah di mana mobil saya terparkir. Mobil itu hanya beberapa meter dari tempat saya duduk dan sedang diguyur hujan deras. Perasaan putus asa menyerang tiba-tiba. Mobil itu baru saya cuci pada siang harinya, sebelum saya berangkat ke pusat perbelanjaan ini. Sambil berusaha menekan habis perasaan itu, saya mengambil kemasan
brown sugar, menyobek salah satu ujung kemasannya, menuangkan isinya ke dalam kopi dan mengaduknya.

Dua orang perempuan datang dan duduk tepat di sebelah sofa saya ketika saya mulai menyeruput kopi nikmat itu. Mereka berparas cantik dan manis, tak kalah dari pelayan perempuan yang ada di tempat itu. Salah satunya berjilbab dan yang lainnya berambut ikal panjang yang anggun. Keduanya berumur tidak lebih dari 17 tahun, pikir saya. Perempuan berjilbab sudah duduk di sofa empuk yang senada dengan baju coklat mudanya ketika temannya menawarkannya minum.

"Kamu beli apa?" tanya perempuan berambut ikal sambil mencari dompet di dalam tas hitamnya.

"Oh, enggak. Aku puasa," jawab temannya. Ia kemudian mengeluarkan Blackberrynya dan mulai sibuk dengan benda itu. Si rambut ikal berkata "Oh." pelan kemudian segera berbalik dan berjalan menuju pelayan manis yang melayani saya tadi. Dia kembali dengan membawa nampan berisi segelas Hot Chocolate dan bonus donat Original lalu duduk di depan temannya, membuat dirinya duduk nyaman untuk beberpa waktu, mengangkat minumannya, mereka mulai berbincang.

"Kamu masih
follow Adit?" tanya perempuan berjilbab yang akhirnya mengalihkan pandangan dari Blackberrynya. "Mantanku dulu itu," tambahnya segera ketika melihat ekspresi tak paham di wajah rekannya.

"Oh, Adit itu. Nggak tau, aku lupa masih
follow atau nggak," jawabnya sambil menyeruput coklat panasnya. "Kayanya udah aku unfollow begitu kalian putus. Kenapa?"

"
No, just wondering dia nge-tweet apa begitu putus sama aku. You know, lah, aku masih semacam mau balikan. Tapi dia bener-bener ngeselin. Kabar terakhir yang aku denger dia udah jadian sama si codet Dewi. Dan kamu tau apa? Mereka jadian tiga hari setelah kami putus! Anjing nggak si Dewi itu?!" celoteh pengguna jilbab itu.

Saya kembali menyeruput kopi. Pada usia mereka, permasalahan cinta merupakan topik utama yang selalu dibahas ketika berkumpul, pikir saya. Pikiran labil dan perilaku yang dapat membunuh selingkuhan pacar menggunakan celurit bukan hal yang tabu ketika kita menginjak masa remaja.

Saya kembali memandang perempuan berjilbab itu ketika dia mulai berbicara lagi. Kali ini saya hanya memperhatikan jilbabnya yang rapi menutupi apa yang disebut sebagai aurat. Jilbab berwarna krem yang bersih tanpa noda.

"Dan kamu tau?" dia berkata dengan nada sinis. "Aku ng-
mute account Twitter Tina. Dia rame banget."

Saya melihat setitik noda di jilbabnya. Menyeruput kopi saya sekali lagi, saya mendengarkannya lebih serius sambil terus memperhatikan jilbab kremnya.

"Udah gitu nggak penting pula updatenya. Kamu tau?"

Nodanya bertambah.

"Dia kebanyakan RT tau nggak sih sama grupnya itu. Ngeselin banget. Nggak bisa ya kalo di-
muteselamanya gitu?"

Sekarang nodanya hampir menutupi seluruh jilbab yang tadinya krem bersih. Saya bangkit dari sofa, mengambil tas dan berjalan menuju pelayan manis tadi. Kedua teman itu masih berbincang dengan serunya, terutama si pemakai jilbab. Saya langsung memesan Hot Chocolate ketika pelayan bertanya. Saya tidak kembali duduk sementara pelayan itu menyiapkan pesanan saya. Ketika siap, saya membayar pesanan saya dan berjalan menuju kedua perempuan itu sambil membawa pesanan saya.

"Ini buat kamu," saya berkata dengan lembut dan penuh senyum kepada yang berjilbab. Senyum memikat tak lupa terpasang di bibir saya, memperlihatkan gigi putih yang rapi. "Silahkan berbuka. Saya yang traktir."

Saya meletakkan nampan berisi Hot Chocolate dan donat Original, tersenyum kembali kepada mereka berdua yang terlihat bingung dan berbalik meninggalkan mereka.(byu)

Thursday 26 August 2010

Saya Sayang Teman-Teman

"Kalau boleh saya memohon, tolong berikan waktu sedikit lebih lama untuk kami dapat berkumpul tanpa ada suatu halangan yang merintangi..."

Hari ini tepat seminggu saya kembali ke tanah Surabaya. Rasanya benar-benar nikmat, mengalahkan nikmatnya hembusan semilir angin ketika Anda berjalan di tepi pantai; mengalahkan udara pagi pegunungan yang pernah Anda hirup. Kondisi yang memanjakan seperti ini sontak membuat saya tidak ingin meninggalkan kota yang menjadi tempat tumbuh dan tempat di mana saya menemukan orang-orang yang sangat saya kasihi.

Surabaya telah mengisi tempat spesial di hati saya. Bukan karena keluarga saya tinggal di sini, tetapi lebih karena suasana, atmosfir, dan, yang paling tak bisa dilupakan, teman-teman yang selalu ada untuk saya. Berani mempertaruhkan sebuah laptop, saya akan lebih merindukan teman-teman saya ketimbang saudara ketika saya pergi nanti. Ironis memang, mengingat keluargalah yang seharusnya memiliki tempat paling utama di hati kita.

Rasanya sedih, bingung, takut, dan khawatir jika saya ingat bahwa waktu saya di kota ini hanya tinggal sebulan sebelum saya menempuh study "singkat" saya di Jepang. Sedih karena harus berpisah dengan teman-teman terkasih. Bingung karena begitu banyak kebutuhan yang sampai saat ini masih belum saya siapkan. Takut dan khawatir akan project yang saya lakukan di sana. Belum lagi dengan perasaan "jengah" yang timbul karena keluarga selalu mengingatkan semua perihal tentag keberangkatan saya.

"Jangan lupa terus kontak sensei di sana..." "Jangan lupa visa diurus..." "Jangan lupa hubungi Pak Ketut..." "Urusan cuti..."

Pernyataan-pernyataan semacam itu tidak membuat saya bersemangat, tetapi membuat jengah. Mereka tidak membantu dengan selalu mengingatkan hal-hal itu. Sama sekali tidak membantu. Oleh karena itu saya berlari ke teman-teman. Mereka lebih memahami saya. Mereka tidak mengungkit tentang perjalanan study saya. Mereka bisa membuat saya lupa sejenak dengan urusan itu, membuat saya bisa menikmati malam bersama mereka hingga dini hari, menyantap makanan enak bersama tanpa harus mengingat proses pembuatan visa dan tetek bengek lainnya. Itu yang saya butuhkan untuk saat ini.

Seandainya keluarga saya bisa mengerti apa yang saya inginkan, itu akan sangat membantu saya melewati waktu sebulan ini dengan bahagia. Unfortunately, hal tersebut sangatlah mustahil (well, kecuali mereka membaca posting ini dan dalam satu malam merubah sifatnya) untuk terjadi. No problem, though. Saya sudah terbiasa dengan hal itu. Saya hanya tinggal berlari mencari teman-teman yang selalu ada untuk saya. Menunggu saya hingga akhirnya tiba waktu untuk berkumpul kembali.

Saya sayang teman-teman :)

Monday 23 August 2010

Perawatan Wajah untuk Pria, Why Not?!

Lagi-lagi masih masalah kesehatan. Entah kenapa saya selalu bermasalah dengan urusan satu ini. Well, bukan masalah dalam arti yang merugikan, tapi bisa juga dalam arti yang postif. Saya hanya tertarik pada bidang ini dan, please, jangan tanya kenapa.

Kali ini saya akan sharing tentang kebersihan wajah. Nah, sedikit feminim, but it's okay lah buat para pria. Menurut saya kebersihan wajah sangat penting mengingat wajah bisa memberikan kesan pertama saat bertemu orang lain. Semua orang pasti melihat orang lain dari fisiknya. Itu mutlak. Jangan munafik, sok menilai orang dari hatinya.

Wajah cantik, tampan, dan terpelihara pastilah memberikan kesan baik, segar, nyaman, serta enak untuk dilihat. Hal tersebut akan menimbulkan perasaan senang jika kita berbicara dengan orang yang rupawan. Sebaliknya, wajah tak terurus dan kotor sering kali membuat orang lain tak nyaman berbicara dengan kita. Apalagi banyak jerawatnya. Aduh, bener-bener deh penyakit yang satu itu bikin saya BT setengah mati kalang kabut.

Saya akan kerucutkan sharing-sharing saya menganai kebersihan wajah untuk pria. Saya termasuk orang yang enggak bisa banget lihat jerawat. Saya anti banget sama jerawat yang sudah biasa nangkring di wajah saya sejak SMP. Saking betenya, dulu sempet saya punya hobi buat pencetin itu jerawat. Bawaannya ingin hilang aja itu jerawat supaya pergi ke neraka jahanam.

Dulu jarang banget ada tempat yang menawarkan jasa perawatan wajah. Biasanya perawatan macam itu hanya untuk kalangan atas dan khusus buat wanita. Tapi sekarang sudah banyak klinik kulit yang bisa dikunjungi dengan biaya yang tidak terlalu melambung, ditambah dengan layanan konsultasi dengan dokter kulit. Perawatan yang ditawarkan pun beragam, mulai dari facial hingga pelaksanaan operasi kecil pada wajah.

Sudah beberapa bulan saya mengikuti program perawatan wajah. Awalnya iseng nganter Ibu dan kakak yang sudah perawatan dari dulu. Tapi lama-lama dari pada saya cuma jadi supir, nunggu dari lemes, ngaceng, hingga lemes lagi, jadi saya iseng-iseng coba facial perawatan jerawat. Hingga sekarang saya masih rutin ikut perawatan facial jerawat sebulan sekali. Selain itu, saya juga pakai obat yang diberi agar jerawatnya berkurang. Hasilnya lumayan, jerawat menghilang dan wajah lebih bersih. Tujuan saya ikut perawatan sebenernya cuma untuk menghilangkan jerawat. Saya nggak peduli dengan menjadikan wajah putih dan lain sebagainya karena memang gini ini warna kulit saya. Jadi jika saya merasa kalau wajah saya sudah terlampau putih, sering saya berhenti memakai krim malamnya, namun tetap memakai obat jerawatnya (obat yang dikasi banyak, pusing ingetnya).

Keuntungan bagi para pria yang merawat wajahnya banyak mengingat wajah merupakan modal utama dalam berbagai hal. Wajah merupakan hal pertama yang dilihat oleh wanita (hey, girls! Jangan munak deh!). Wajah merupakan hal yang pasti dilihat jika kita berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal pekerjaan tertentu, wajah memegang peranan penting sebagai image seseorang. Pokoknya saya katakan kalau wajah itu modal utama banget deh.

Jadi sudah cukup jelas kan kenapa pria juga wajib menjaga kebersihan wajah? Nggak perlu menjadikan wajah putih, yang penting bersih aja dan enak buat dilihat. Nggak perlu malu kalo dianggap pria metroseksual karena saya rasa dengan alasan yang saya lontarkan panjang lebar di atas, menjaga kebersihan wajah masih wajar kok. Niscaya akan lebih banyak gunanya. Menjaga kebersihan wajah sama bergunanya dengan kita melakukan mandi dan gosok gigi dua kali sehari. Semoga bermanfaat. (byu)

Sunday 22 August 2010

Jaga Faktor Kesehatan dari Dalam


Well, pertanyaan sederhana yang selalu muncul di benak saya adalah "Bagaimana Anda mempertahankan tubuh Anda agar tetap sehat?"

Isu tentang menjaga kesehatan telah menjadi sesuatu yang sering dibicarakan oleh banyak orang. Berbagai usaha untuk menjaga agar badan tetap sehat telah banyak dilakukan. Namun apa yang terjadi? Badan, pada suatu waktu, akan tetap terkena serangan penyakit juga. Bagaimana hal tersebut dapat terjadi?

Saya terbiasa menyederhanakan masalah dan membuat kesimpulan yang saya yakini kebenarannya, walaupun terkadang agak gila. Menurut saya kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan luar diri orang tersebut. Faktor dari dalam misalnya emosi seseorang dan faktor dari luar misalnya makanan yang dikonsumsi. Sehingga menurut diagnosa saya (yang tidak memiliki pengetahuan kedokteran sama sekali), seseorang lebih rentan terkena penyakit pada saat kondisi emosinya tidak baik bersamaan dengan konsumsi makanan yang buruk, dan akan lebih buruk lagi jika tidak pernah berolahraga.

Saya sering kesal sendiri jika disuruh orang tua saya untuk makan secara teratur. Well, memang benar kalau makan makanan sehat secara teratur dapat mencegah penyakit. Tapi itu kan (menurut saya) masih salah satu faktor yang terpenuhi. Jika keadaan emosi saya buruk bukan tidak mungkin saya akan jatuh sakit. Bukan begitu?

Jadi menurut saya hal utama yang harus dilakukan untuk menjaga badan agar tetap sehat adalah dengan mengusahakan faktor kesehatan dari dalam diri kita tetap positif. Hal ini bisa dilakukan dengan menghindari stress atau melakukan meditasi sehingga emosi terkendali. Tapi cara paling ampuh untuk terpenuhinya faktor kesehatan dari dalam tubuh adalah dengan melakukan pekerjaan yang kita senangi. Dengan melakukan apa yang kita senangi makan kita juga akan menjadi senang, bukan? (byu)

Salam Ketiga

Okay, for the third time, let me say hello to all of you!

Rasanya sudah begitu lama saya tidak menge-post postingan baru. Yeah, you know, all of the studies were driving me crazy to the hell. Belum lagi program kerja praktik yang harus saya jalani di Kota Cilegon selama kurang lebih 1,5 bulan. They all were killing me slowly. Tapi sekarang karena saya udah kembali ke Surabaya, dan Puji Tuhan di sini ada teknologi canggih bernama Internet, saya (Astungkara) bisa blogging lagi.

Bingung akan menulis apa karena otak masih bergeser sebesar 5 derajat ke kiri akibat urusan kerja praktik, saya pikir posting awal ini bakal saya isi greeting saja seperti biasanya. Saya akan posting sesuatu nanti sambil cari-cari topik dan tulisan yang bisa saya posting.


Oh iya, saya berharap di greerting perjumpaan saya yang ketiga ini saya bisa lebih berkembang dalam menulis sebuah artikel. Saya akan berusaha mengurangi metode copy-paste (Astungkara) dan berusaha menuliskan apa yang ada dalam pikiran saya. Tentu saja hal tersebut juga berdasarkan pengetahuan yang saya baca dari media lain, hanya saja saya kan berusaha menulisnya dalam bahasa saya sendiri.

Tetap semangat buat kita semua!

Oh, dan karena sekarang teman-teman muslim kita sedang melaksanakan ibadah puasa, maka saya menyampaikan selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga apa yang kita lakukan dapat berguna bagi diri kita dan orang lain. Amin. (byu)


PS: Maaf saya pakai foto saya waktu di CIlegon. Pengalaman paling bittersweet sepanjang sejarah hidup saya saat ini.