Thursday 26 August 2010

Saya Sayang Teman-Teman

"Kalau boleh saya memohon, tolong berikan waktu sedikit lebih lama untuk kami dapat berkumpul tanpa ada suatu halangan yang merintangi..."

Hari ini tepat seminggu saya kembali ke tanah Surabaya. Rasanya benar-benar nikmat, mengalahkan nikmatnya hembusan semilir angin ketika Anda berjalan di tepi pantai; mengalahkan udara pagi pegunungan yang pernah Anda hirup. Kondisi yang memanjakan seperti ini sontak membuat saya tidak ingin meninggalkan kota yang menjadi tempat tumbuh dan tempat di mana saya menemukan orang-orang yang sangat saya kasihi.

Surabaya telah mengisi tempat spesial di hati saya. Bukan karena keluarga saya tinggal di sini, tetapi lebih karena suasana, atmosfir, dan, yang paling tak bisa dilupakan, teman-teman yang selalu ada untuk saya. Berani mempertaruhkan sebuah laptop, saya akan lebih merindukan teman-teman saya ketimbang saudara ketika saya pergi nanti. Ironis memang, mengingat keluargalah yang seharusnya memiliki tempat paling utama di hati kita.

Rasanya sedih, bingung, takut, dan khawatir jika saya ingat bahwa waktu saya di kota ini hanya tinggal sebulan sebelum saya menempuh study "singkat" saya di Jepang. Sedih karena harus berpisah dengan teman-teman terkasih. Bingung karena begitu banyak kebutuhan yang sampai saat ini masih belum saya siapkan. Takut dan khawatir akan project yang saya lakukan di sana. Belum lagi dengan perasaan "jengah" yang timbul karena keluarga selalu mengingatkan semua perihal tentag keberangkatan saya.

"Jangan lupa terus kontak sensei di sana..." "Jangan lupa visa diurus..." "Jangan lupa hubungi Pak Ketut..." "Urusan cuti..."

Pernyataan-pernyataan semacam itu tidak membuat saya bersemangat, tetapi membuat jengah. Mereka tidak membantu dengan selalu mengingatkan hal-hal itu. Sama sekali tidak membantu. Oleh karena itu saya berlari ke teman-teman. Mereka lebih memahami saya. Mereka tidak mengungkit tentang perjalanan study saya. Mereka bisa membuat saya lupa sejenak dengan urusan itu, membuat saya bisa menikmati malam bersama mereka hingga dini hari, menyantap makanan enak bersama tanpa harus mengingat proses pembuatan visa dan tetek bengek lainnya. Itu yang saya butuhkan untuk saat ini.

Seandainya keluarga saya bisa mengerti apa yang saya inginkan, itu akan sangat membantu saya melewati waktu sebulan ini dengan bahagia. Unfortunately, hal tersebut sangatlah mustahil (well, kecuali mereka membaca posting ini dan dalam satu malam merubah sifatnya) untuk terjadi. No problem, though. Saya sudah terbiasa dengan hal itu. Saya hanya tinggal berlari mencari teman-teman yang selalu ada untuk saya. Menunggu saya hingga akhirnya tiba waktu untuk berkumpul kembali.

Saya sayang teman-teman :)

2 komentar:

nuq said...

aku juga sayang kamu!
:D

kiss kiss muah :*

alenzaveiro said...

aku pasti kangen kamu bayu :(
terus ngetweet yya biar berasa dekat :D :D

Post a Comment