Saturday 28 August 2010

Noda pada Jilbab

"Kak Bayu...?" teriak lembut pelayan manis sebuah coffee shop ternama di negeri ini. Dia memakai baju berkerah dengan lambang restoran yang besar terbordir di dada kirinya.

Saya menoleh ke arah sumber suara. Manis, pikir saya. Sambil beranjak dari sofa nyaman dan menggeser meja bundar kecil yang berada di depan, saya memandang pelayan perempuan muda itu. Saat berjalan ke arahnya saya mencoba melihat pelayan-pelayan lain dan saya tersadar. Tentu saja mereka muda, cantik, dan tampan. Dalam bisnis seperti ini bukan tidak mungkin jika penampilan menjadi prioritas utama ketika melamar pekerjaan. Sambil membayangkan kertas pengumuman
job vacancy dengan persyaratan nomor 1 berbunyi, "Berpenampilan menarik", saya akhirnya tiba di depan pelayan manis itu dan tersenyum ramah.

"Satu Hot Cappuccino dengan bonus donat Original ya, Kakak," sapanya dengan lembut. Saya membalasnya dengan senyuman paling memikat yang bisa saya lakukan dan mengambil nampan berisi pesanan saya. "Selamat menikmati," tambahnya ketika saya selesai mengambil nampan itu dan berbalik menuju sofa.

Hari itu hujan, membuat Senin sore
di Surabaya yang biasanya panas dan lembab menjadi suram dan dingin. Saya tidak menyalahkan teman-teman yang akhirnya dengan berat hati membatalkan janji menghabiskan waktu bersama di tempat itu. Ini bulan puasa dan saya yakin tidur bertemankan selimut sambil menunggu waktu berbuka menjadi pilihan yang tak terbantahkan daripada bepergian menggunakan jas hujan lalu melihat temannya menyeruput kopi panas di sebuah kedai kopi.

Sambil duduk di sofa yang nyaman saya memandang ke luar menembus dinding kaca ke arah di mana mobil saya terparkir. Mobil itu hanya beberapa meter dari tempat saya duduk dan sedang diguyur hujan deras. Perasaan putus asa menyerang tiba-tiba. Mobil itu baru saya cuci pada siang harinya, sebelum saya berangkat ke pusat perbelanjaan ini. Sambil berusaha menekan habis perasaan itu, saya mengambil kemasan
brown sugar, menyobek salah satu ujung kemasannya, menuangkan isinya ke dalam kopi dan mengaduknya.

Dua orang perempuan datang dan duduk tepat di sebelah sofa saya ketika saya mulai menyeruput kopi nikmat itu. Mereka berparas cantik dan manis, tak kalah dari pelayan perempuan yang ada di tempat itu. Salah satunya berjilbab dan yang lainnya berambut ikal panjang yang anggun. Keduanya berumur tidak lebih dari 17 tahun, pikir saya. Perempuan berjilbab sudah duduk di sofa empuk yang senada dengan baju coklat mudanya ketika temannya menawarkannya minum.

"Kamu beli apa?" tanya perempuan berambut ikal sambil mencari dompet di dalam tas hitamnya.

"Oh, enggak. Aku puasa," jawab temannya. Ia kemudian mengeluarkan Blackberrynya dan mulai sibuk dengan benda itu. Si rambut ikal berkata "Oh." pelan kemudian segera berbalik dan berjalan menuju pelayan manis yang melayani saya tadi. Dia kembali dengan membawa nampan berisi segelas Hot Chocolate dan bonus donat Original lalu duduk di depan temannya, membuat dirinya duduk nyaman untuk beberpa waktu, mengangkat minumannya, mereka mulai berbincang.

"Kamu masih
follow Adit?" tanya perempuan berjilbab yang akhirnya mengalihkan pandangan dari Blackberrynya. "Mantanku dulu itu," tambahnya segera ketika melihat ekspresi tak paham di wajah rekannya.

"Oh, Adit itu. Nggak tau, aku lupa masih
follow atau nggak," jawabnya sambil menyeruput coklat panasnya. "Kayanya udah aku unfollow begitu kalian putus. Kenapa?"

"
No, just wondering dia nge-tweet apa begitu putus sama aku. You know, lah, aku masih semacam mau balikan. Tapi dia bener-bener ngeselin. Kabar terakhir yang aku denger dia udah jadian sama si codet Dewi. Dan kamu tau apa? Mereka jadian tiga hari setelah kami putus! Anjing nggak si Dewi itu?!" celoteh pengguna jilbab itu.

Saya kembali menyeruput kopi. Pada usia mereka, permasalahan cinta merupakan topik utama yang selalu dibahas ketika berkumpul, pikir saya. Pikiran labil dan perilaku yang dapat membunuh selingkuhan pacar menggunakan celurit bukan hal yang tabu ketika kita menginjak masa remaja.

Saya kembali memandang perempuan berjilbab itu ketika dia mulai berbicara lagi. Kali ini saya hanya memperhatikan jilbabnya yang rapi menutupi apa yang disebut sebagai aurat. Jilbab berwarna krem yang bersih tanpa noda.

"Dan kamu tau?" dia berkata dengan nada sinis. "Aku ng-
mute account Twitter Tina. Dia rame banget."

Saya melihat setitik noda di jilbabnya. Menyeruput kopi saya sekali lagi, saya mendengarkannya lebih serius sambil terus memperhatikan jilbab kremnya.

"Udah gitu nggak penting pula updatenya. Kamu tau?"

Nodanya bertambah.

"Dia kebanyakan RT tau nggak sih sama grupnya itu. Ngeselin banget. Nggak bisa ya kalo di-
muteselamanya gitu?"

Sekarang nodanya hampir menutupi seluruh jilbab yang tadinya krem bersih. Saya bangkit dari sofa, mengambil tas dan berjalan menuju pelayan manis tadi. Kedua teman itu masih berbincang dengan serunya, terutama si pemakai jilbab. Saya langsung memesan Hot Chocolate ketika pelayan bertanya. Saya tidak kembali duduk sementara pelayan itu menyiapkan pesanan saya. Ketika siap, saya membayar pesanan saya dan berjalan menuju kedua perempuan itu sambil membawa pesanan saya.

"Ini buat kamu," saya berkata dengan lembut dan penuh senyum kepada yang berjilbab. Senyum memikat tak lupa terpasang di bibir saya, memperlihatkan gigi putih yang rapi. "Silahkan berbuka. Saya yang traktir."

Saya meletakkan nampan berisi Hot Chocolate dan donat Original, tersenyum kembali kepada mereka berdua yang terlihat bingung dan berbalik meninggalkan mereka.(byu)

9 komentar:

Wangi said...

hummm.... keren2....
ubay pengertian banget!!!!

Weda said...

Makasih, Wangi ;)

Baca terus cerita saya ya ;)

Anonymous said...

yeah bay, i had read it
nice story...
i hope, our friend washing theif "jlibab" as soon as possible
:)

Unknown said...

Tadinya ngekLik gara2 dikira isinya tips buat jiLbab bernoda gt v^^
Hemm not bad,, agak2 menohok sii yaa hehe
Lumayan buat introspeksi diri. .

Weda said...

Thank you Yudha and Meliza ;)

alenzaveiro said...

BWAHAHAHAHAHAA !!!
gara2 bad mouthing orang jadi batal puasanya !!
malu yya sm jilbabnya kalo kelakuan masih begitu
itu alasan knp saya belom siap berjilbab
sayang jilbabnya kalo kelakuan masih "bejat" :D
setuju? :)



PS: itu asli atau karangan sih?

Weda said...

Hahahaha iya Tiara, makanya harus jaga mulut dan introspeksi diri. Itu semua karangan kok Tir... Bakat ya aku. Hahaha.

Makasih yaa ;)

Anonymous said...

gara2 re-post komen lagi aku jadi lupa dulu komen apa.

intinya bagoosss.
jadi masukan juga buat aku..

hehehe..
terus update blog mu ye.

Weda said...

Pasti Anonymous ini saudara Ika Marcelina ;)
Makasih ya, sayang :*
Bakal update terus.

Post a Comment